Perawat Rentan Tertular Virus Hepatitis B dari Jarum Suntik
Liputan6.com, Jakarta Perawat menjadi salah satu tenaga kesehatan (Nakes) yang paling rentan tertular virus hepatitis B dari penggunaan jarum suntik yang tidak aman.
“Penggunaan jarum suntik yang tidak aman, berisiko menularkan virus hepatitis B dari pasien ke tenaga kesehatan. Mayoritas dialami perawat,” kata dr. Lukman Hakim Tarigan, MMedSc, ScD.
Lukman yang merupakan seorang peneliti dari Universitas Indonesia menyayangkan, penggunaan jarum suntik yang kerap digunakan di fasilitas kesehatan di Indonesia masih saja dipakai. Padahal, di sejumlah negara maju, sudah lama meninggalkan cara itu, dan memilih jarum suntik yang aman. “Jarum suntik yang aman ini, risiko untuk tertusuk setelah digunakan sangatlah kecil,” kata dia menambahkan.
Dalam acara `Sayangi Hatimu Lakukan Deteksi Dini` di Ruang Maharmadjono, Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kuningan, Jakarta, pada Selasa (16/9/2014) Lukman menerangkan cara kerja `jarum suntik yang aman` tersebut. Setelah jarum disuntikan ke pasien, akan langsung masuk ke dalam pegangannya.
Pada bagian ujung jarum, pembuatnya pun menaruh pelindung yang mengurangi risiko untuk tertusuk setelah pemakaian.
“Di sini, masih banyak ditemukan jarum suntik yang tergeletak begitu saja tanpa ada penutupnya. Bahkan, Nakes di Indonesia, nekat menutup jarum suntik dengan kedua tangannya. Padahal, itu sangat berisiko untuk tertusuk,” kata dia.
Dijelaskan Lukman, berdasarkan data dari Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, serta parameter dari penelitian tentang penyakit yang menyerang hati, yang disebabkan oleh virus hepatitis B dan bersifat akut dan kronik di dunia pada 2013, estimasinya sebanyak 7.000 tenaga kesehatan di Indonesia terinfeksi hepatitis B, dengan 5.000 di antaranya tertular melalui jarum suntik.
[/av_textblock]
[/av_cell_one_full][/av_layout_row]